A. Dasar Teori
Sistem ekresi merupakan sistem yang berperan dalam proses
pembuangan zat-zat yang sudah tidak diperlukan (zat sisa) ataupun zat-zat yang
membahayakan bagi tubuh dalam bentuk larutan. Ekresi terutama berkaitan dengan
pengeluaran-pengeluaran senyawa-senyawa nitrogen. Selama proses pencernaan
makanan, protein dicernakan menjadi asam amino dan diabsorpsi oleh darah,
kemudian diperlukan oleh sel-sel tubuh untuk membentuk protein-protein baru.
Mamalia memiliki sepasang ginjal yang terletak dibagian pinggang (lumbar)
dibawah peritonium. Urine yang dihasilkan oleh ginjal akan mengalir melewati
saluran ureter menuju kantung kemih yang terletak midventral dibawah rektum.
Dinding kantung kemih akan berkontraksi secara volunter mendorong urine keluar
melalui uretra (Kurniati, 2009).
Makhluk hidup menghasilkan zat-zat sisa yang harus dikeluarkan.
Zat ini dapat menjadi racun jika tidak dikeluarkan oleh tubuh. Proses
pengeluaran zat sisa dari tubuh antara lain sekresi, ekresi, dan defekasi.
Sekresi merupakan suatu proses pengeluaran zat yang berbentuk cairan oleh
sel-sel atau jaringan. Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat siasa
metabolisme dari tubuh yang sudah tidak dapat digunakan lagi seperti
pengeluaran urine, keringat, dan CO2 dari tubuh. Defekasi merupakan prses pengeluaran
feses dari tubuh. Alat ekskresi manusia adalah paru-paru, ginjal, kulit, dan
hati (Karmana, 2007).
Setiap hari tubuh kita menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari
berbagai proses tubuh. Agar tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit,
maka kotoran dan zat-zat sisa dalam tubuh kita harus dibuang melalui alat-alat
ekskresi. Sistem ekresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil
metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Sedangkan kebalikan
dari sistem ini adalah sistem sekresi yaitu proses pengeluaran zat-zat yang
berguna bagi tubuh. Alat-alat ekskresi manusia berupa ginjal, kulit, hati, paru-paru dan colon. Hasil
sistem ekskresi dapat dibedakan menjadi : Zat cair yaitu berupa keringat, urine
dan cairan empedu, Zat padat yaitu berupa feces, Gas berupa CO2 dan
Uap air berupa H2O (Poedjadi, 2005).
Urin atau air
seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran
urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Secara umum
urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin
kental berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih.
Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika
dibiarkan agak lama berbau ammonia. pH urin berkisar antara 4,8 – 7,5, urin
akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein, dan urin akan menjadi
lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002-1,035.
Jumlah Urine dipengaruhi oleh: Jumlah cairan yang diminum (Balans cairan),
Jumlah garam yang masuk, hormon Antidiuretika (ADH) yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis postenor. Defisisensi hormon akan menyebabkan penyakit Diabetes
Insipidus --> jumlah urine yang keluar terlalu banyak. Secara kimiawi
kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin
dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton
zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca
dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal
(protein, glukosa, sel darah kristal kapur).
Terdapat tiga proses penting yang berhubungan
dengan proses pembentukan urine, yaitu:
1.
Filtrasi (Penyaringan)
Kapsula
bowmen dari dalam malphigi menyaring darah dalam glomelurus yang mengandung
air, garam, gula, urea, dan zat bermolekul besar (protein dan sel darah)
sehingga dihasilkan filtrat glomelurus (Urine Primer). Didalam filtrat ini
terlarut zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna bagi
tubuh, misalnya glukosa, asam amino, dan garam-garam.
2.
Reabsorpsi
(Penyerapan Kembali)
Dalam tubulus
kontortus proksimal dalam urine primer yang masih berguna akan direabsorpsi
yang dihasilkan oleh filtrat tubulus (Urine Sekunder) dengan kadar urea yang
tinggi.
3.
Eksresi
(Pengeluaran)
Dalam tubulus
kontortus distal, pembuluh darah menambahkan zat lain yang tidak dipergunakan
dan terjadi reabsorpsi aktif ion NA+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Ditempat
ini sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan
protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis
renalis.
Albumin dalam
urin sangat tinggi kandungannya dan sangat erat dengan kesehatan bersangkutan.
Karena adanya albumin di dalam urin itu dikarenakan adanya gangguan pada ginjal
yang menyebabkan albumin yang seharusnya ada di dalam tubuh tepi masuk ke dalam
urin. Disini ginjal sudah tidak bisa melakukan penyaringan urin dari albumin
tersebut.
Klorida
berasal dari urin berasal dari adanya kerusaka pada ginjal yang menyebabkan
klorida terbawa bersama urin. Klorida terdapat dalam tubuh dan perlekukan dalam
tubuh ketika klorida terdapat pada urin di karnekan ada gangguan pada ginjal
atau hati yang menyebabkan tidak dapat memfiltrasinya.
Amonia (NH3)
berasal dari pembongkaran protein dan berbahaya dari sel. Oleh karna itu
ammonia harus di keluarkan dari tubuh namun sebelum di keluarkan harus di
rombak dahulu menjadi urea.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah kandungan glukosa baik dalam urin?
2.
C.
Tujuan
-
Memeriksa kandungan glukosa, albumin, klorida dalam urine.
-
Mengenal bau ammonia dari hasil penguraian urea dalam urine.
-
Membuktikan kandungan urea dalam urine.
D. Alat dan Bahan
Urine
|
Tabung
Reaksi
|
Penjepit
Kayu
|
Pipet
Tetes
|
Asam
Nitrit pekat
|
AgNO3
10%
|
Spirtus
|
Benedict
|
Rak
Tabung
|
E.
Cara Kerja
Glukosa dalam Urin
1
|
Didihkan
1 ml Benedict dalam tabung reaksi
|
|
2
|
Tambahkan
8 tetes urine kedalam larutan tadi, dan panaskan lagi selama 1-2mnt
|
|
3
|
Amati
adanya perubahan warna
|
|
Albumin dalam urin
1
|
Masukkan
2,5ml asam nitrit pekat kedalam tabung reaksi
|
|
2
|
Miringkan
tabung reaksi tersebut kemudian masukkan 3-5 tetes urine dengan mempergunakan
pipet secara perlahan-lahan sehingga urine turun melalui sepanjang tabung
|
|
3
|
Bila
urine mengandung albumin akan terlihat adanya cincin berwarna putih
|
|
Chlorida dalam urin
1
|
Masukkan
5 ml urin kedalam tabung reaksi kemudian tetesi dengan larutan AgNO3 beberapa
tetes
|
|
2
|
Amati
perubahan yang terjadi, endapan putih menunjukkan adanya chloride radikal
|
|
Amonia dalam urine
1
|
Masukkan
1 ml urine kedalam tabung reaksi
|
|
2
|
Panaskan
dengan spirtus
|
|
3
|
Ciumlah
bagaimana baunya
|
|
F.
Tabel Pengamatan
Tabel 1.
Hasil Pengamatan Glukosa Dalam Urin
Sampel
Urine
|
Hasil
Perubahan Warna
|
Keterangan
|
Praktikan 1 (Disa)
|
Urin
berwarna biru kehijauan
|
Adanya
kandungan glukosa dalam urin
|
Praktikan 2 (Rosihan)
|
Urin
berwarna biru
|
Tidak
adanya kandungan glukosa
|
Tabel 2. Hasil Pengamatan Albumin Dalam Urin
Sampel Urin
|
Ada
tidaknya cincin putih
|
Keterangan
|
Praktikan 1 (Disa)
|
Tidak
ada cincin putih
|
Albumin
negatif
|
Praktikan 2 (Rosihan)
|
Tidak
ada cincin putih
|
Albumin
negatif
|
Tabel 3. Hasil Pengamatan Clorida Dalam Urin
Sampel
Urin
|
Ada
tidaknya endapan putih
|
Keterangan
|
Praktikan 1 (Disa)
|
Ada
endapan putih
|
Mengandung
klor
|
Praktikan 2 (Rosihan)
|
Ada
endapan putih
|
Mengandung
klor
|
Tabel 4. Hasil Pengamatan Amonia Dalam Urin
Sampel
Urin
|
Ada
tidaknya Bau Amonia
|
Praktikan 1 (Disa)
|
Berbau
amonia
|
Praktikan 2 (Rosihan)
|
Berbau
amonia
|
G. Pembahasan
Untuk praktikum eskresi ini dilakukan pengujian terhadap
sampel urine dari 2 orang anggota praktikan (Disa dan Rosihan). Dari kedua urine tersebut dilakukan empat
jenis pengujian, yaitu uji glukosa, uji albumin, uji klorida dan uji bau atau
aroma dari ammonia yang terdapat dalam urine.
Untuk mengetahui adanya glukosa dilakukan dengan
menggunakan larutan benedict, larutan benedict dalam hal
ini berfungsi untuk memeriksa ada atau tidaknya kandungan
glukosa dari suatu sampel percobaan. Pada urine Rosihan tidak adanya perubahan warna (tetap biru), sedangkan pada urine Disa terlihat warna
biru kehijauan. Hal ini mengindikasikan bahwa pada urine Disa mengandung kadar
glukosa.
Uji selanjutnya kandungan albumin dalam urine. Pengujian
ini menggunakan asam nitrit pekat. Berdasarkan hasil praktikum, pada keduanya
tidak terlihat adanya cincin berwarna putih pada urine yang telah diberi
larutan asam nitrit. Hal tersebut menunjukkan bahwa ginjal dalam keadaan baik
sehingga dapat mernyaring protein (albumin) dalam urine. Apabila terbentuk
cincin putih dalam tabung reaksi menandakan terdapat kerusakan pada glomerulus
ginjal sehingga tidak dapat menyaring protein dalam urine. Atau kerusakan pada
membran kapsul endothelium/karena iritasi sel-sel ginjal akibat masuknya
substansi seperti racun, bakteri, eter, atau logam berat (Alfasia, 2011).
Dalam uji adanya klorida dalam urin dilakukan dengan
menambahkan beberapa tetes AgNO3 10%, perubahan yang terjadi adanya
endapan berwarna putih pada kedua sampel urine. Berarti pada urine tersebut terdapat
endapan yang mengandung ion Cl-. Endapan ini merupakan endapan AgCl yang terbentuk dari
reaksi:
AgNO3 + Cl- → AgCl + NO3-
Adanya kandungan klorida dalam urin berasal dari
garam-garam yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan misalnya NaCl yang
kemudian dalam cairan tubuh akan terurai menjadi ion-ion. Klorida akan selalu
ada di dalam urin seseorang, hal ini karena pada filtrasi
molekul-molekul kecil seperti glukosa
dan garam mineral direabsorpsi melalui transport aktif.
Kelebihan NaCl yang dihasilkan dari proses augmentasi dikeluarkan lewat urine
dalam bentuk ion Cl (Sudjadi, 2002).
Untuk pengujian amonia dalam urine diperoleh hasil bahwa
semua sampel urine mengandung bau amonia ketika dipanaskan. Ammonia terdapat di dalam urin karena berasal dari
deaminasi asam amino yang terjadi terutama di dalam hati, tetapi di dalam
ginjal juga terjadi pula proses deaminasi amonia (NH3) dapat juga
berasal dari pembongkaran protein dan berbahaya bagi sel. Oleh karena itu
ammonia harus dikeluarkan dari tubuh namun sebelum dikeluarkan harus dirombak
dahulu menjadi urea. Urea yang dikandung oleh urine dapat digunakan untuk
mempercepat pembentukan kompos. Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat
sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam dalam tubuh (Ganong, 1998).
Urine yang dikeluarkan oleh tubuh merupakan hasil
ekskresi yang berasal dari organ ginjal. Baik buruknya keadaan ginjal dapat
diketahui dengan melihat dan menguji hasil urine yang dikeluarkan. Urine sehat
itu berwarna kuning pucat atau kuning gelap. Hal ini tergantung pada tingkat
hidrasi, sehingga urine tetap berada di koridor warna kuning. Kandungan pada
urine normal adalah air, urea, amonia, zat warna empedu yang memberikan warna
pada urin, dan garam mineral. Untuk ginjal yang sehat, glukosa tidak boleh ada
dalam urine, jika terdapat glukosa maka menandakan terjadi kelainan pada fungsi
hormon insulin yang dihasilkan oleh pulau Langerhans dalam pankreas, jika urine
mengandung gula (glukosa) berarti tubulus kontortus proximal pada ginjal tidak
menyerap gula dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan tubulus
ginjal, dapat pula akibat kadar gula dalam darah yang tinggi sehingga giinjal
tidak dapat menyerap kembali semua gula. Kadar gula darah yang tinggi akibat
dari proses pengubahan gula menjadi glikogen terhambat karena produksi hormos
insulin terhambat. Orang yang demikian menderita kencing manis (Diabetes
melitus). Bahan pengawet atau pewarna makanan juga dapat membuat ginjal bekerja
keras sehingga dapat merusak ginjal. Adanya insektisiida pada makanan atau
terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan juga akan merusak ginjal (Karmana,
2007).
H. Kesimpulan
·
Ginjal
merupakan alat ekskresi utama berjumlah sepasang dan terletak di kanan an kiri
dekat tulang pinggang. Dalam ginjal terjadi proses-proses pembentukan urine,
yang meliputi Tahap filtrasi (
penyaringan), Tahap reabsorbsi ( penyerapan kembali), Tahap augmentasi (proses
pengumpulan)
·
Klorida
dan ammonia merupakan zat yang baik jika terkandung dalam urin karena
mengindikasikan adanya ion-ion yang terkandung dalam tubuh serta adanya
pembuangan zat berbahaya dalam tubuh
·
Glukosa
dan Albumin yang positif pada percobaan sangat tidak diharapkan karena zat tersebut
dibutuhkan dalam tubuh dan tidak seharusnya ada dalam urine.
DAFTAR
PUSTAKA
Alfasia,
A.2011. Laporan Praktikum Sistem Sekresi.
http://alenalfasia.blogspot.com/2011/08/ laporan-praktikum-sistem-eksresi.html
[17 April 2012, 13.20 WIB]
Ganong,
W. F. 1998. Fisiologi Kedokteran. Edisi XVI. Penerjemah: Widjajakusuma,
M.D. EGC. Jakarta
Karmana,
Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Grafindo Media Pratama. Jakarta
Kurniati,
Tuti dkk. 2009. Zoologi Vertebrata.
Bandung: Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.
Kusnadi.
2007. Biologi Umum.Piranti: Jakarta
Poedjiadi,
A., Suryati, FMT. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta
Sudjadi,
Bogod.,Siti Laiila. 2002. Biologi. Yudhis
terima kasih sekali..
BalasHapuskesimpulannya sangat membantu saya dalam mencari data
alhamdulillah kalau bisa membantu :)
BalasHapus