Kamis, 12 Juli 2012

EKSKRESI (PEMERIKSAAN URINE)


A.       Dasar Teori
Sistem ekresi merupakan sistem yang berperan dalam proses pembuangan zat-zat yang sudah tidak diperlukan (zat sisa) ataupun zat-zat yang membahayakan bagi tubuh dalam bentuk larutan. Ekresi terutama berkaitan dengan pengeluaran-pengeluaran senyawa-senyawa nitrogen. Selama proses pencernaan makanan, protein dicernakan menjadi asam amino dan diabsorpsi oleh darah, kemudian diperlukan oleh sel-sel tubuh untuk membentuk protein-protein baru. Mamalia memiliki sepasang ginjal yang terletak dibagian pinggang (lumbar) dibawah peritonium. Urine yang dihasilkan oleh ginjal akan mengalir melewati saluran ureter menuju kantung kemih yang terletak midventral dibawah rektum. Dinding kantung kemih akan berkontraksi secara volunter mendorong urine keluar melalui uretra (Kurniati, 2009).
Makhluk hidup menghasilkan zat-zat sisa yang harus dikeluarkan. Zat ini dapat menjadi racun jika tidak dikeluarkan oleh tubuh. Proses pengeluaran zat sisa dari tubuh antara lain sekresi, ekresi, dan defekasi. Sekresi merupakan suatu proses pengeluaran zat yang berbentuk cairan oleh sel-sel atau jaringan. Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat siasa metabolisme dari tubuh yang sudah tidak dapat digunakan lagi seperti pengeluaran urine, keringat, dan CO2 dari tubuh. Defekasi merupakan prses pengeluaran feses dari tubuh. Alat ekskresi manusia adalah paru-paru, ginjal, kulit, dan hati (Karmana, 2007).
Setiap hari tubuh kita menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai proses tubuh. Agar tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran dan zat-zat sisa dalam tubuh kita harus dibuang melalui alat-alat ekskresi. Sistem ekresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Sedangkan kebalikan dari sistem ini adalah sistem sekresi yaitu proses pengeluaran zat-zat yang berguna bagi tubuh. Alat-alat ekskresi manusia berupa ginjal,  kulit, hati, paru-paru dan colon. Hasil sistem ekskresi dapat dibedakan menjadi : Zat cair yaitu berupa keringat, urine dan cairan empedu, Zat padat yaitu berupa feces, Gas berupa CO2 dan Uap air berupa H2O (Poedjadi, 2005).
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. pH urin berkisar antara 4,8 – 7,5, urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein, dan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002-1,035. Jumlah Urine dipengaruhi oleh: Jumlah cairan yang diminum (Balans cairan), Jumlah garam yang masuk, hormon Antidiuretika (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis postenor. Defisisensi hormon akan menyebabkan penyakit Diabetes Insipidus --> jumlah urine yang keluar terlalu banyak. Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah kristal kapur).
Terdapat tiga proses penting yang berhubungan dengan proses pembentukan urine, yaitu:
1.      Filtrasi (Penyaringan)
Kapsula bowmen dari dalam malphigi menyaring darah dalam glomelurus yang mengandung air, garam, gula, urea, dan zat bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat glomelurus (Urine Primer). Didalam filtrat ini terlarut zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna bagi tubuh, misalnya glukosa, asam amino, dan garam-garam.
2.      Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)
Dalam tubulus kontortus proksimal dalam urine primer yang masih berguna akan direabsorpsi yang dihasilkan oleh filtrat tubulus (Urine Sekunder) dengan kadar urea yang tinggi.
3.      Eksresi (Pengeluaran)
Dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambahkan zat lain yang tidak dipergunakan dan terjadi reabsorpsi aktif ion NA+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Ditempat ini sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis.
Albumin dalam urin sangat tinggi kandungannya dan sangat erat dengan kesehatan bersangkutan. Karena adanya albumin di dalam urin itu dikarenakan adanya gangguan pada ginjal yang menyebabkan albumin yang seharusnya ada di dalam tubuh tepi masuk ke dalam urin. Disini ginjal sudah tidak bisa melakukan penyaringan urin dari albumin tersebut.
Klorida berasal dari urin berasal dari adanya kerusaka pada ginjal yang menyebabkan klorida terbawa bersama urin. Klorida terdapat dalam tubuh dan perlekukan dalam tubuh ketika klorida terdapat pada urin di karnekan ada gangguan pada ginjal atau hati yang menyebabkan tidak dapat memfiltrasinya.
Amonia (NH3) berasal dari pembongkaran protein dan berbahaya dari sel. Oleh karna itu ammonia harus di keluarkan dari tubuh namun sebelum di keluarkan harus di rombak dahulu menjadi urea.

B.        Rumusan Masalah
1.      Apakah kandungan glukosa baik dalam urin?
2.       
C.        Tujuan
-          Memeriksa kandungan glukosa, albumin, klorida dalam urine.
-          Mengenal bau ammonia dari hasil penguraian urea dalam urine.
-          Membuktikan kandungan urea dalam urine.

D.       Alat dan Bahan
Urine

Tabung Reaksi
Penjepit Kayu
Pipet Tetes

Asam Nitrit pekat
AgNO3 10%
Spirtus
Benedict
Rak Tabung


E.        Cara Kerja
Glukosa dalam Urin
1
Didihkan 1 ml Benedict dalam tabung reaksi

2
Tambahkan 8 tetes urine kedalam larutan tadi, dan panaskan lagi selama 1-2mnt

3
Amati adanya perubahan warna


Albumin dalam urin
1
Masukkan 2,5ml asam nitrit pekat kedalam tabung reaksi

2
Miringkan tabung reaksi tersebut kemudian masukkan 3-5 tetes urine dengan mempergunakan pipet secara perlahan-lahan sehingga urine turun melalui sepanjang tabung

3
Bila urine mengandung albumin akan terlihat adanya cincin berwarna putih


Chlorida dalam urin
1
Masukkan 5 ml urin kedalam tabung reaksi kemudian tetesi dengan larutan AgNO3 beberapa tetes

2
Amati perubahan yang terjadi, endapan putih menunjukkan adanya chloride radikal


Amonia dalam urine
1
Masukkan 1 ml urine kedalam tabung reaksi

2
Panaskan dengan spirtus

3
Ciumlah bagaimana baunya


F.         Tabel Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Glukosa Dalam Urin
Sampel Urine
Hasil Perubahan Warna
Keterangan
Praktikan 1 (Disa)
Urin berwarna biru kehijauan
Adanya kandungan glukosa dalam urin
Praktikan 2 (Rosihan)
Urin berwarna biru
Tidak adanya kandungan glukosa

Tabel 2. Hasil Pengamatan Albumin Dalam Urin
Sampel Urin
Ada tidaknya cincin putih
Keterangan
Praktikan 1 (Disa)
Tidak ada cincin putih
Albumin negatif
Praktikan 2 (Rosihan)
Tidak ada cincin putih
Albumin negatif

Tabel 3. Hasil Pengamatan Clorida Dalam Urin
Sampel Urin
Ada tidaknya endapan putih
Keterangan
Praktikan 1 (Disa)
Ada endapan putih
Mengandung klor
Praktikan 2 (Rosihan)
Ada endapan putih
Mengandung klor

Tabel 4. Hasil Pengamatan Amonia Dalam Urin
Sampel Urin
Ada tidaknya Bau Amonia
Praktikan 1 (Disa)
Berbau amonia
Praktikan 2 (Rosihan)
Berbau amonia

G.       Pembahasan
Untuk praktikum eskresi ini dilakukan pengujian terhadap sampel urine dari 2 orang anggota praktikan (Disa dan Rosihan).  Dari kedua urine tersebut dilakukan empat jenis pengujian, yaitu uji glukosa, uji albumin, uji klorida dan uji bau atau aroma dari ammonia yang terdapat dalam urine.
Untuk mengetahui adanya glukosa dilakukan dengan menggunakan larutan benedict, larutan benedict dalam hal ini berfungsi untuk memeriksa ada atau tidaknya kandungan glukosa dari suatu sampel percobaan. Pada urine Rosihan tidak adanya perubahan warna (tetap biru), sedangkan pada urine Disa terlihat warna biru kehijauan. Hal ini mengindikasikan bahwa pada urine Disa mengandung kadar glukosa.
Uji selanjutnya kandungan albumin dalam urine. Pengujian ini menggunakan asam nitrit pekat. Berdasarkan hasil praktikum, pada keduanya tidak terlihat adanya cincin berwarna putih pada urine yang telah diberi larutan asam nitrit. Hal tersebut menunjukkan bahwa ginjal dalam keadaan baik sehingga dapat mernyaring protein (albumin) dalam urine. Apabila terbentuk cincin putih dalam tabung reaksi menandakan terdapat kerusakan pada glomerulus ginjal sehingga tidak dapat menyaring protein dalam urine. Atau kerusakan pada membran kapsul endothelium/karena iritasi sel-sel ginjal akibat masuknya substansi seperti racun, bakteri, eter, atau logam berat (Alfasia, 2011).
Dalam uji adanya klorida dalam urin dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes AgNO3 10%, perubahan yang terjadi adanya endapan berwarna putih pada kedua sampel urine. Berarti pada urine tersebut terdapat endapan yang mengandung ion Cl-. Endapan ini merupakan endapan AgCl yang terbentuk dari reaksi:
AgNO3 + Cl-AgCl + NO3-
Adanya kandungan klorida dalam urin berasal dari garam-garam yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan misalnya NaCl yang kemudian dalam cairan tubuh akan terurai menjadi ion-ion. Klorida akan selalu ada di dalam urin seseorang, hal ini karena pada filtrasi molekul-molekul kecil seperti glukosa dan garam mineral direabsorpsi melalui transport aktif. Kelebihan NaCl yang dihasilkan dari proses augmentasi dikeluarkan lewat urine dalam bentuk ion Cl  (Sudjadi, 2002).
Untuk pengujian amonia dalam urine diperoleh hasil bahwa semua sampel urine mengandung bau amonia ketika dipanaskan. Ammonia terdapat di dalam urin karena berasal dari deaminasi asam amino yang terjadi terutama di dalam hati, tetapi di dalam ginjal juga terjadi pula proses deaminasi amonia (NH3) dapat juga berasal dari pembongkaran protein dan berbahaya bagi sel. Oleh karena itu ammonia harus dikeluarkan dari tubuh namun sebelum dikeluarkan harus dirombak dahulu menjadi urea. Urea yang dikandung oleh urine dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam dalam tubuh (Ganong, 1998).
Urine yang dikeluarkan oleh tubuh merupakan hasil ekskresi yang berasal dari organ ginjal. Baik buruknya keadaan ginjal dapat diketahui dengan melihat dan menguji hasil urine yang dikeluarkan. Urine sehat itu berwarna kuning pucat atau kuning gelap. Hal ini tergantung pada tingkat hidrasi, sehingga urine tetap berada di koridor warna kuning. Kandungan pada urine normal adalah air, urea, amonia, zat warna empedu yang memberikan warna pada urin, dan garam mineral. Untuk ginjal yang sehat, glukosa tidak boleh ada dalam urine, jika terdapat glukosa maka menandakan terjadi kelainan pada fungsi hormon insulin yang dihasilkan oleh pulau Langerhans dalam pankreas, jika urine mengandung gula (glukosa) berarti tubulus kontortus proximal pada ginjal tidak menyerap gula dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal, dapat pula akibat kadar gula dalam darah yang tinggi sehingga giinjal tidak dapat menyerap kembali semua gula. Kadar gula darah yang tinggi akibat dari proses pengubahan gula menjadi glikogen terhambat karena produksi hormos insulin terhambat. Orang yang demikian menderita kencing manis (Diabetes melitus). Bahan pengawet atau pewarna makanan juga dapat membuat ginjal bekerja keras sehingga dapat merusak ginjal. Adanya insektisiida pada makanan atau terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan juga akan merusak ginjal (Karmana, 2007).

H.       Kesimpulan
·         Ginjal merupakan alat ekskresi utama berjumlah sepasang dan terletak di kanan an kiri dekat tulang pinggang. Dalam ginjal terjadi proses-proses pembentukan urine, yang meliputi  Tahap filtrasi ( penyaringan), Tahap reabsorbsi ( penyerapan kembali), Tahap augmentasi (proses pengumpulan)
·         Klorida dan ammonia merupakan zat yang baik jika terkandung dalam urin karena mengindikasikan adanya ion-ion yang terkandung dalam tubuh serta adanya pembuangan zat berbahaya dalam tubuh
·         Glukosa dan Albumin yang positif pada percobaan sangat tidak diharapkan karena zat tersebut dibutuhkan dalam tubuh dan tidak seharusnya ada dalam urine.

DAFTAR PUSTAKA
Alfasia, A.2011. Laporan Praktikum Sistem Sekresi. http://alenalfasia.blogspot.com/2011/08/ laporan-praktikum-sistem-eksresi.html [17 April 2012, 13.20 WIB]
Ganong, W. F. 1998. Fisiologi Kedokteran. Edisi XVI. Penerjemah: Widjajakusuma, M.D. EGC. Jakarta
Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Grafindo Media Pratama. Jakarta
Kurniati, Tuti dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Bandung: Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.
Kusnadi. 2007. Biologi Umum.Piranti: Jakarta
Poedjiadi, A., Suryati, FMT. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta
Sudjadi, Bogod.,Siti Laiila. 2002. Biologi. Yudhis

2 komentar:

  1. terima kasih sekali..
    kesimpulannya sangat membantu saya dalam mencari data

    BalasHapus
  2. alhamdulillah kalau bisa membantu :)

    BalasHapus