Rabu, 22 Februari 2012

METODE TRANSEK

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Bentuk komunitas disuatu tempat ditentukan oleh keadaan dan sifat-sifat individu sebagai reaksi terhadap faktor lingkungan yang ada, dimana individu ini akan membentuk populasi didalam komunitas tersebut. Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya (species richness), jumlah spesies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relatif (relative abundance) spesies. Beberapa komunutas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies yang semuanya umum ditemukan. (Campbell, 2004: 361).
            Keanekaragaman jenis seringkali disebut heterogenitas jenis, yaitu karakteristik unik dari komunitas suatu organisasi biologi dan merupakan gambaran struktur dari komunitas (Sitompul,1996).
            Komunitas yang mempunyai keanekaragaman tinggi lebih stabil dibandingkan dengan komunitas yang memiliki keanekaaragaman jenis rendah. Analisa vegetasi adalah salah satu cara untuk mempelajari tentang susunan (komposisi) jenis dan bentuk struktur vegetasi (masyarakat tumbuhan). Analisi vegetasi dibagi atas tiga metode yaitu : (1) mnimal area, (2) metode kuadrat dan (3) metode jalur atau transek (Soerianegara,1988) .
            Salah satu metode dalam analisa vegetasi tumbuhan yaitu dengan menggunakan metode transek. Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik dilakukan dengan transek. Cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi. Komunitas tumbuhan di lingkungan sekitar Kebun Raya Cibodas mempunyai karakter yang berbeda dari homogen sampai heterogen alami di dalam hutan. Oleh karena itu, metode transek digunakan untuk mengetahui komposisi dari tumbuhan yang menyusun komunitas Kebun Raya Cibodas itu.

B.     Rumusan Masalah
Bagaimana komposisi tumbuhan di daerah Kebun Raya Cibodas?

C.    Tujuan
Untuk mengetahui komposisi tumbuhan pada suatu daerah atau pada suatu area tertentu di dalam area Kebun Raya CibodaS

BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A.    Dasar Teori
Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik digunakan cara jalur atau transek. Metode transek biasa digunakan untuk mengetahui vegetasi tertentu seperti padang rumput dan lain-lain atau suatu vegetasi yang sifatnya masih homogen (Admin, 2008).
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/ diselidiki yang bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungannya atau untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan secara cepat. Menurut Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada sebuah bentukan atau beberapa bentukan. Transek dapat juga digunakan untuk studi altitude dan mengetahui perubahan komunitas yang ada. Ukuran dari transek tergantung pada beberapa kondisi. Transek pada komunitas yang kecil penarikan garis menyilang hanya beberapa meter panjangnya. Pada daerah berbatuan transek dapat dibuat beberapa ratus meter panjangnya.
Macam- macam transek yaitu:
METODE TRANSEK
Metode transek biasa digunakan untuk mengetahui vegetasi tertentu seperti padang rumput dan lain-lain atau suatu vegetasi yang sifatnya masih homogen.Terdapat 3 metode transek:
1.      Metode Line Intercept (line transect)
Metode line intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100 m. Tebal garis transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m. Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/ dijumpai.
Metode transek-kuadrat dilakukan dengan cara menarik garis tegak lurus, kemudian di atas garis tersebut ditempatkan kuadrat ukuran 10 X 10 m, jarak antar kuadrat ditetapkan secara sistematis terutama berdasarkan perbedaan struktur vegetasi. Selanjutnya, pada setiap kuadrat dilakukan perhitungan jumlah individual (pohon dewasa, pohon remaja, anakan), diameter pohon, dan prediksi tinggi pohon untuk setiap jenis.
 pengamatan terhadap tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat, menghitung dan mengukur panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen tersebut. Cara mengukur panjang penutupan adalah memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial coverage yang terpotong garis transek ketanah.
2.      Metode Belt Transect
Metode ini biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, dan elevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topograpi, dari tepi laut kepedalaman, memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek yang umum digunakan adalah 10-20 meter, dengan jarak antar antar transek 200-1000 meter tergantung pada intensitas yang dikehendaki. Untuk kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang dikendaki 2 %, dan hutan yang luasnya 1.000 ha intensitasnya 10 %. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik.
3.       Metode Strip Sensus
Metode ini sebenarnya sama dengan metode line transect, hanya saja penerapannya untuk mempelajari ekologi vertebrata teresterial (daratan). Metode strip sensus meliputi, berjalan disepanjang garis transek, dan mencatat spesies-spesies yang diamati disepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi (indeks kepadatan).
B.     Metode Kerja
1. Alat
a. Meteran
b. Pancang
c. Tali raffia
d. Alat-alat tulis
2.  Bahan
 Tumbuhan-tumbuhan yang ada di Kebun Raya Cibodas
C.    Cara Kerja
1.      Pertama kali dibuat jalur / transek sepanjang 100 m dengan menggunakan tali rafia
2.      Kemudian pada setiap 20 m dibuat plot kuadrat dengan ukuran 10x10 m
3.      Untuk pohon, yang diukur adalah: jenis spesies, DBH (Diameter breast high), tinggi pohon dan cover.
4.      Untuk sampling dibuat plot dengan ukuran 5x10 m didalam plot 10x10 m atau dengan membagi plot tersebut.
5.      Untuk seedling dibuat plot dengan ukuran 1x1 m dalam plot 5x10 m.
6.      Untuk sampling dan seedling diukur diameter jenis tumbuhan dan jumlahnya.
7.      Jika nama tumbuhan tidak dikenal harus diambil contoh tanaman tersebut dan dimasukkan ke dalam plastik besar untuk dbuaat herbarium dan diidentifikasi.
8.      Data yang diperoleh dianalisa.
D.    Rumus Analisis Vegetasi yang digunakan
a. Kerapatan Mutlak untuk jenis I (KM)
KM =
                          Jumlah individu dari suatu jenis i
           Jumlah total luas areal yang digunakan untuk penarikan contoh

b. Kerapatan Relatif jenis i (KR)
KR
=                            Kerapatan mutlak dari jenis i
         Kerapatan total seluruh jenis yang terambil dalam penarikan contoh

c. Frek
uensi Mutlak jenis i (FM)
FM
=  Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh spesies i
          Jumlah banyaknya petak contoh dalam analisis vegetasi

d. Frek
uensi Relatif jenis i (FR)
FR =
 Frekuensi mutlak dari jenis i
          Frekuensi total seluruh jenis

e. Dominasi Mutlak jenis i (DM)
DM
=  Jumlah luas bidang dasar suatu jenis 
                           Luas petak contoh

f. Dominasi Relatif jenis i (DR)
DR
=  Jumlah dominasi dari jenis i
           Jumlah dominasi seluruh jenis
g. INP (%)
DR + DM


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Penelitian
  TABEL 1. Nilai Analisa Kuantitatif Pada Plot 1x1 m (semai)
No
Spesies
KM
KR (%)
FM
FR (%)
INP (%)
1
Marsilea crenata
0,75
0,28
0,29
7,53
7,81
2
Pakis hutan
9,75
3,7
0,57
14,8
18,5
3
Tumbuhan A
1,5
0,57
0,29
7,53
8,1
4
Tumbuhan B
1,5
0,57
0,14
3,64
4,21
5
Graminae 1
29,75
11,3
0,14
3,64
14,94
6
Graminae 2
36,25
13,37
0,14
3,64
17,01
7
Rumput gajah
12,5
4,74
0,14
3,64
8,38

TOTAL
263,5
99,95
3,85
100,02
19,57


TABEL 2. Nilai Analisa Kuantitatif Pada Plot 5x5 m

No.
Nama Spesies
Jumlah Tanaman
Jumlah Plot
KM (%)
KR (%)
FM (%)
FR (%)
INP (%)
1
Palem-paleman
8
4
0,32
14,81
0,57
36,77
51,58
2
Tumbuhan 1
2
1
0,08
3,7
0,14
9,03
12,73
3
Hopea sp.
1
3
0,12
5,56
0,14
9,03
14,59
Total
11
8
0,52
24,07
0,85
54,83
78,9

TABEL 3. Nilai Analisa Kuantitatif Pada Plot 10x10 m
No.
Nama Spesies
KM
KR
FM
FR (%)
INP (%)
1.
Tumbuhan 1
0,008
2,749
0,142
11, 085
13,834
2.
 Tumbuhan 2
0,173
59,450
0,285
22,248
81,788
3.
 Tumbuhan 3
0,013
4,467
0,142
11,085
15,552
4.
Graptophyllum Pictum
0,044
15,120
0,428
33,411
48,531
5.
Tumbuhan 4
0,022
7,560
0,142
11,085
18,645
6.
Tumbuhan 5
0,031
10,652
0,142
11,085
21,737
TOTAL





TABEL 4. Nilai Analisa Kuantitatif Pada Plot 20x20 m
No.
Spesies
Jumlah Plot
Jenis Tanaman
Jumlah Tanaman
KM
KR (%)
FM 
FR (%)
INP (%)
1.
Pohon 1
7,15
Daun sedang
1 Pohon 3
3
0,0075
2,4
4,75
7,15
2.
Pohon 2
5,54
Buah merah
1 Pohon 1
1
0,0025
0,79
4,75
5,54
3.
Pohon 3
14,7
Berduri
2 Pohon 6
6
0,015
4,8
9,57
14,37
4.
Pohon 4
5,54
-
1 Pohon 1
1
0,0025
0.142
4,75
5,54
5.
Pohon 5
6,35
-
1 Pohon 2
2
0,005
0,79
4,75
6,35
6.
Pohon 6
5,54
-
1 Pohon 1
1
0,0025
0,142
4,75
5,54
TOTAL









B.
Pembahasan
Praktikum ini dilaksanakan di Kebun Raya Cibodas untuk mengetahui jenis-jenis tanaman penyusun ekosistemnya. Adapun pengamatan yang dilakukan dengan kriteria sebagai berikut semai dengan petak 1 x 1 m, pancang dengan petak 5 x 5 m, tiang 10 x 10 m dan pohon dengan petak 20 x 20 m.
Pertama, tarik rafia lurus sepanjang 100 m. Kemuian di tandai dengan tali raffia. Dalam 100m itu, garis dibagi menjadi 5 yaitu ukuran 20 m untuk tiap plot,dan setiap plot dibagi lagi menjadi ukuran-ukuran yang lebih kecil. Pada ukuran 1 x 1 m (semai) terdapat 7 jenis tumbuhan. Adapun yang paling banyak jumlahnya adalah tumbuhan Graminae 1. Hal ini dikarenakan tanaman Graminae 1 sangat cocok dengan lingkungan ini baik struktur tanah, unsur hara, ph, kelembapan, suhu udara dan jumlah cahaya yang masuk. Pakis merupakan kerapatan mutlak dan kerapatan relatif yang tertinggi pada plot semai. Ini menandakan jumlah spesies Pakis paling banyak dan paling mendominasi. Sedangkan untuk nilai tertinggi untuk frekuensi mutlak dan frekuensi relatif adalah Pakis. Hal ini menandakan bahwa Pakis yang paling sering ditemukan pada setiap plot. Ini juga berarti Pakis menyebar secara merata di Kebun Raya Cibodas tersebut. Untuk nilai INP semai tertinggi adalah dari tumbuhan Pakis artinya tumbuhan Pakis memiliki kerapatan yang lumayan tinggi dan penyebarannya merata pada setiap plot.
Pada pengamatan pancang dengan ukuran plot 5x5 m, didapatkan pancang dengan nilai tertinggi kerapatan mutlak, kerapatan relatif, nilai frekuensi mutlak, frekuensi relative, dan indeks nilai penting adalah Palem-Paleman. Dari hasil ini dapat dipastikan bahwa Palem-Paleman mempunyai kerapatan terbesar dan sangat mendominasi Kebun Raya Cibodas.
Tiang atau tumbuhan muda merupakan tumbuhan yang memiliki kriteria diameter 7-20 cm. Pada praktikum, di dapatkan bahwa jumlah KR, KM, FM, FR & INP tertinggi adalah pada umbuhan 2. Sehingga Tumbuhan 2 memiliki kerapatan tinggi dan penyebarannya juga tinggi (terdapat pada semua area pengamatan).
Pohon adalah tumbuhan yang memiliki diameter lebih dari 20 cm. Pada pohon ini nilai tertinggi dimiliki oleh Pohon 3 baik KR, KM, FM, FR, & INP. Ini menandakan Pohon 3 paling mendominasi dan merata di Kebun Raya Cibodas untuk pengamatan ukuran 20 x 20 m.
Dari pengamatan dapat di ketahui bahwa Kebun Raya Cibodas banyak di dominasi oleh tumbuhan semai dan pohon . Daerah Kebun Raya Cibodas memang hampir nampak seperti hutan asli pada umumnya, karena keragaman dari spesies yang ada di Kebun Raya Cibodas yang masih menyimpan kekayaan alam yang perlu kita lestarikan.
                
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1.      Untuk semai, nilai tertinggi untuk kerapatan mutlak dan kerapatan relatif adalah Graminae 2 dengan nilai 36,25 dan 13,37%. untuk nilai frekuensi mutlak dan frekuensi relatif adalah Pakis hutan yaitu 0,57 dan 14,8%, dan untuk indeks nilai penting tertinggi adalah semai dari pakis hutan yaitu 18,5%
2.      Untuk pancang, nilai tertinggi baik untuk nilai kerapatan mutlak, kerapatan relatif, frekuensi mutlak, frekuensi relatif dan indeks nilai penting adalah Palem-paleman. masing-masing dengan nilai yaitu 0,325; 14,81%; 0,57%; 36,77% dan 51,58%.
3.      Untuk Tiang, nilai tertinggi untuk kerapatan mutlak,kerapatan relatif, tertinggi yaitu pada tiang Tumbuhan 2 yaitu 0,173 dan 59,450%, Sedangkan frekuensi mutlak dan frekuensi relatif tertinggi pada tiang tumbuhan Graptophyllum Pictum yaitu 0,428 dan 33,411%. Dan untuk indeks nilai penting dimiliki oleh tiang tumbuhan 2 senilai 81,788%.
4.      Untuk Pohon, nilai tertinggi baik untuk kerapatan mutlak, kerapatan relatif, frekuensi mutlak, frekuensi relatif dan indeks nilai penting adalah pohon 3, masing-masing dengan nilai yaitu 6%; 0,015%; 4,8%; 9,57%; dan 14,37%.


DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2008. Metode Transek.
Campbell, N.A. 2004. Biologi. Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
.
Heddy,S dan Kurniati, M. 1996. Prinsip-
Prinsip Dasar Ekologi. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Soerianegara , Ishemat dan Andri Indrawan . 1988 . Ekologi Hutan Indonesia . IPB : Bandung
http://iraluv88.blogspot.com/2010/11/laporan-metode-transek.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar